Desa Bayung Gede adalah salah satu desa tua yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini dikenal sebagai salah satu desa Bali Aga atau Bali Mula, yang merupakan komunitas asli Pulau Bali sebelum pengaruh kerajaan Majapahit menyebar ke pulau tersebut pada abad ke-14. Berikut adalah gambaran sejarah dan aspek penting dari Desa Bayung Gede:
Sejarah Desa Bayung Gede
Asal Usul dan Nama Desa:
Nama "Bayung Gede" diyakini berasal dari dua kata dalam bahasa Bali: "Bayung" yang berarti wadah atau tempat, dan "Gede" yang berarti besar. Nama ini mencerminkan peran desa ini sebagai salah satu pusat komunitas Bali Aga yang besar dan penting.
Komunitas Bali Aga:
Penduduk Bayung Gede adalah bagian dari komunitas Bali Aga yang dikenal sebagai penduduk asli Bali. Mereka mempertahankan banyak tradisi dan budaya kuno yang berbeda dari budaya Hindu-Bali yang lebih dominan di daerah lain di Bali.
Arsitektur dan Tata Ruang Desa:
Desa Bayung Gede terkenal dengan arsitektur tradisionalnya. Rumah-rumah di desa ini umumnya dibangun dengan bahan alami seperti bambu dan kayu, dengan atap dari ijuk atau alang-alang. Tata ruang desa juga mengikuti pola tradisional, dengan pura-pura yang penting terletak di pusat desa.
Adat Istiadat dan Tradisi:
Masyarakat Bayung Gede sangat memegang teguh adat istiadat dan tradisi leluhur mereka. Upacara-upacara adat seperti upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian dilaksanakan dengan cara yang khas dan berbeda dari praktik Hindu-Bali di daerah lain.
Salah satu tradisi unik di Bayung Gede adalah upacara "Ari-Ari". Dalam upacara ini, ari-ari atau plasenta bayi yang baru lahir ditempatkan di dalam kelapa dan digantung di atas pohon di hutan desa. Tradisi ini memiliki makna spiritual dan simbolik yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Kepercayaan dan Sistem Sosial:
Penduduk Bayung Gede menganut agama Hindu dengan penekanan pada unsur-unsur animisme dan dinamisme. Sistem sosial mereka diatur oleh hukum adat (awig-awig) yang mengatur berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan antarwarga hingga pengelolaan sumber daya alam.
Ekonomi dan Mata Pencaharian:
Sebagian besar penduduk desa bekerja sebagai petani. Mereka menanam berbagai jenis tanaman seperti padi, jagung, dan sayuran. Selain itu, masyarakat juga terlibat dalam kerajinan tangan dan pariwisata sebagai sumber pendapatan tambahan.
Pendidikan dan Modernisasi:
Seperti banyak desa Bali Aga lainnya, Bayung Gede menghadapi tantangan dalam hal akses terhadap pendidikan dan fasilitas modern. Namun, ada upaya dari pemerintah dan berbagai organisasi untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan masyarakat desa.
Hubungan dengan Lingkungan:
Desa Bayung Gede memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam sekitarnya. Masyarakat menjaga hutan desa dan sumber daya alam dengan ketat, sesuai dengan hukum adat mereka. Ini juga mencerminkan pandangan spiritual mereka terhadap alam.
Desa Bayung Gede adalah contoh penting dari bagaimana komunitas Bali Aga mempertahankan identitas dan tradisi mereka di tengah perubahan zaman. Keunikan budaya dan adat istiadat desa ini menarik minat banyak peneliti, antropolog, dan wisatawan yang tertarik dengan warisan budaya asli Bali